Senin, 08 Desember 2008

ANTARA DOPING DAN PRESTASI OLAHRAGA

Doping sangat dikenal oleh insan olahraga sebagai metode meningkatkan prestasi tanpa indikasi medis. Mengapa dikaitkan dengan indikasi medis ? Ya, karena berhubungan dengan zat atau bahan yang berdampak buruk bagi kesehatan para pemakainya.
DEFINISI
Menurut IOC ( International Olympic Committee, tahun 1990 ), doping adalah upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis.
Dalam perjalanannya, peran IOC dalam mengawasi doping diambil alih oleh WADA ( World Anti Doping Agency ), sebuah lembaga yang khusus menangani doping, pada tahun 2004. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, WADA menerbitkan daftar doping setiap tahunnya, termasuk daftar obat atau bahan yang diperkenankan untuk pengobatan dan standar pemeriksaan.
Mengapa menggunakan Doping?
Tak perlu bertanya kepada para pelaku, kita bisa menduga bahwa Prestasi, Gengsi, Ambisi, Bonus, Uang, Ketenaran, hiruk pikuk tepukan dan puja puji adalah jawaban mengapa seorang atlet menggunakan Doping. Bisa jadi atlet hanyalah alat dari ambisi terselubung sebuah institusi induk organisasi, atau siapapun yang berada di balik layar, atau bahkan sebuah negara. Siapa yang dapat mengetahuinya ? Sejauh ini, jika seorang olahragawan dicurigai dan pada pemeriksaan berikutnya benar-benar terbukti menggunakan Doping, maka dialah terdakwa utama, kambing paling hitam dari kambing-kambing hitam lain yang mungkin ikut berperan namun luput dari jeratan sanksi. Atau, tak jarang pula olahragawan tersebut memang pengguna Doping sejati yang merancangnya secara sistematis demi sebuah prestasi.
Kita maklum, banyak negara menjadikan olahraga bak sebuah industri, melibatkan uang, melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di sisi lain, sajian olahraga menjadi makin menarik, penuh pesona, mampu menyedot perhatian berjuta pasang mata, menciptakan kelompok-kelompok para fans, melecut gairah, menggugah histeria. Kadang memicu pertengkaran, perkelahian atau bahkan nyawapun jadi tumbal. Untuk itulah para olahragawan (dan para ofisial) dituntut selalu tampil prima untuk meraih impian, yakni: Kemenangan dan Prestasi ! Tak ada yang salah ketika “kemenangan”, “gengsi” dan prestasi dikumandangkan. Namun upaya ke arah itu sepantasnya menggunakan cara-cara jujur dengan menjunjung tinggi nilai sportivitas sebagai “ruh” olah raga itu sendiri. Tentu dengan latihan tekun, teratur, terukur, sistematis dengan memanfaatkan teknologi terkini sejauh tidak melanggar ketentuan Induk Organisai Olahraga dan tidak merugikan kesehatan.
Meski sudah resmi dilarang, banyak atlet yang masih keukeuh memakai doping sebagai shortcut untuk memenangkan pertandingan. Selain itu, doping juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab dapat menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, si atlet dan pembinanya harus menanggung rasa malu. Jenis obat yang masuk doping adalah golongan stimulan (perangsang), golongan narkotik analgesic, golongan anabolik steroid, golongan betablocker, golongan diuretika, serta golongan peptide hormons dan analognya. Selain itu, ada cara tertentu yang termasuk doping yaitu doping darah, manipulasi secara fisik, dan farmakologi. Adapun, bahan obat yang dibatasi adalah alkohol, mariyuana, anestesi lokal, dan kortikosteroid.
Salah satu jenis doping yang paling sering digunakan para atlet adalah obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung. Khusus bagi atlet perempuan, pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, itu akan mengakibatkan timbulnya jerawat. Yang terpenting, pertumbuhannya akan berhenti.
Zat doping lain yang digunakan biasanya oleh pemanah dan penembak dengan tujuan meningkatkan ketenangan, mengurangi tangan gemetar, menurunkan denyut jantung agar lebih mudah berkonsentrasi adalah obat yang tergolong betablocker. Obat ini digunakan dokter untuk mengobati penyakit jantung, yaitu mengurangi palpitation (jantung berdebar) dan menurunkan tekanan darah akibat tekanan darah tinggi.
Hal yang sering terjadi pada atlet wanita adalah pemakaian obat analgesic. Tujuannya jelas sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang. Tetapi, dampaknya jika salah memilih obat bisa mengakibatkan sulit bernapas, mual, kehilangan konsentrasi, dan mungkin menimbulkan adiksi atau kecanduan.
Pada beberapa jenis olah raga yang memiliki kriteria berat badan, misalnya angkat besi, atlet wanita atas kemauan sendiri atau arahan pelatihnya menggunakan diuretika, yang tujuannya mengeluarkan cairan tubuh. Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri atas air. Sayangnya, bersama itu akan terbawa keluar pula beberapa jenis garam mineral. Akibatnya, timbul kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.
Cara doping lainnya adalah menggunakan suntikan eritropoetin dan menyuntikkan darah. Kedua cara ini akan meningkatkan jumlah sel darah merah di dalam tubuh. Fungsi sel darah merah melalui hemoglobin adalah mengangkut oksigen. Dengan jumlah oksigen yang cukup bagi seluruh tubuh, proses pembakaran akan berjalan lancar sehingga energi yang dihasilkan akan bertambah.
Cara ini biasanya untuk atlet yang memerlukan daya tahan lama. Misalnya, untuk lari jauh, maraton, thriatlon, sky, berenang 800 m, dan balap sepeda jarak jauh. Namun, efek bahaya suntikan eritropoetin darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak).
Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung. Selain sejumlah kerugian tadi, dampak kejiwaan yang diderita atlet pengguna doping yang ketahuan adalah siksaan tersendiri. Banyak atlet pemakai doping yang menderita depresi.
Penggunaan anabolika oleh atlit-atlit dimaksudkan untuk mengembangkan dan memperkuat ototnya, terutama cabang olahraga yang berprestasi sangat tergantung pada kekuatan otot, seperti angkat besi, dan atletik, juga pada bina raga (body building). Volume dan kekuatan otot bertabah karena peningkatan sintesa protein diotot rangka, begitu berat badan menjadi naik, antara lain karena retensi air. Prestasi menjadi naik 10-15%, tetapi setelah 4 minggu berkurang lagi. Efeknya hanya nyata bila sebelum dan selama penggunaan zat anabolic dilakukan latihan itensif, yang disertai diet yang kaya akan protein dan kalori. mengingat dosis tinggi yang diperlukan untuk efek baik tersebut dan efek samping buruk yang dapat terjadi (yang terpentingadalah gangguan fungsi hati dan tumor hati, lihat dibawah), maka pemakaian doping tidak dapat dibenarkan. Semua organisasi olahraga dunia melarang penggunaan anabolika yang dimuat dalam suatu daftar khusus. Atlit yang ketangkap basah atas dasar tes urin selalu didiskualifikasi dan didenda berat. Meskipun demikian sampai sekarang masih sering kali dilaporkan terjadinya pelnggaran.Zat-zat doping lainnya.
Disamping steroida androgen dan anabolika (nandrolon, stanozolol) kini juga banyak diunakan sejumlah obat lain untuk dopin. Dapatlah disebutkan amfetamin dan derivat-derivatnya yang berefek peningkatan prestasi (efek ergogen), terutama pada jenis olah raga ynag memerlukan pengeluaran tenaga eksplosif selama waktu singkat. Adrenergika (obat-obat asma eferendi, klenbuterol) dan somatotrofin (growth hormone) juga menghasilkan efek positif terhadap volume dan kekuatan otot doping darah sendiri dan eritropoetin pun masih sering digunakan pada jenis olahraga yang membutuhkna keuletan jangka panjang (lari atau lomba sepeda jarak 10 km atau lebih). Efek ergogennya berdasarkan antara lain peningkatan jumlah eritrosit dan kapasitas transport oksigen dan CO2.
1. Psikostimulansi:
Amfetamin, kokain, nikotin, kofein. Ketergantungan fisik tidak begitu kuat, sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein) sampai sangat kuat (amfetamin, kokain).Senyawa anfetamin: anfetamin, metamfetamin (“speed”) MTA, dan ectasy. Pada waktu perang dunia ke-II, senyawa ini banyak digunakan untuk efek stimulansnya, antara lain meningkatkan daya tahan prajurit dan penerbang, menghilangkan rasa letih, mengantuk, maupun lapar, dan meningkatkan kewaspadaan dan aktivitas. Selain itu zat ini juga meningkatkan tekanan darah dan rate jantung, yang dapat menyebabkan stroke maupun serangan jantung. Seusai perang zat ini, yang juga disebut “pep-pills”, sering sekali disalah gunkan oleh mahasiswa dan pengemudi truk untuk memberikan perasaan nyaman (euphoria), serta menghilangkan rasa kantuk dan lelah. Dikalangan atletik zat ini digunakan sebagai “doping” untuk meningkatkan prestasi yang melampai batas kemampuan normal. Keadaan ini tidak wajar dan berbahaya, karena rasa letih merupakan peringtan dari tubuh bahwa seseorang tersebut telah sampai batas kemampuannya. Jika dipaksakan bisa menimbulkan “exhaustion” yang membahayakan kesehatan.
Overdose dapat berbahaya, dapat menimbulkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang dapat menimbulkan masalah serius. Untuk mengatasi gejala ini digunakan sedative misalnya diazepam.
2. Anabolika
Steroida anabol adalah derivate testoteron (dan progesterone) sintesis yang telah dikembangkan, sehingga dapat digunakan oleh wanita dan anak dibawah 16 tahun.
Anabolika yang banyak digunakan dalah:
• Derivate testoteron
• Metandrostenolon, metanolon (primobolan), eksimetolon (zenalosyn), stanozol (stromba).
• Dan derivate nandrolon
• Nandrolon dan etilestrenol.



DAFTAR PUSTAKA
http://cakmoki86.wordpress.com/2008/01/13/doping-mengejar-prestasi-menuai-sangsi/
http://www.ilmuolahraga.blogspot.com/2008/06/bahaya-doping.html
http://calon-dokter.blogspot.com/2008/06/beberapa-obat-doping.html

Tidak ada komentar: